Analisis Isi Kepatuhan terhadap Standar Jurnalistik dan Kode Etik Jurnalitik
Periode 1 – 31 Juli 2011
Oleh : Pemilianna Pardede, J Anto, Dian, Mian Gultom dan S Daulay
Metode Penelitian
Dengan penjelasan seperti diurai sebelumnya, maka headline sebuah surat kabar sebenarnya juga cerminan dari profesionalisme surat kabar bersangkutan. Untuk kepentingan memperoleh gambaran profesionalisme surat kabar yang terbit di Medan dan Aceh, KIPPAS melakukan riset terhadap headline harian Analisa, Waspada, Sumut Pos, Sinar Indonesia Baru, dan Serambi Indonesia.
Headline yang dimaksud di sini adalah berita utama yang ditempatkan pada halaman depan surat kabar yang diteliti. Headline adalah berita yang punya nilai berita tinggi, setidaknya mengandung unsur aktualitas, keluarbiasaan, jauh tidaknya peristiwa, ternama tidaknya tokoh yang diberitakan dan sebagainya.[1]
Metode yang digunakan dalam pemantauan ini adalah analisis isi atau (content analysis). Berelson (1952;18) mengemukakan content analysis merupakan satu teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif isi-isi komunikasi yang manifest. Dengan demikian, isi komunikasi yang manifest dalam pemantauan ini hanya dibatasi pada isi pesan yang ditampilkan lewat permukaan teks pemberitaan surat kabar, yang dimaksud di sini adalah headline.[2]
Definisi Operasional
Seperti dijelaskan sebelumnya, profesionalisme headline kelima surat kabar yang diteliti dilihat dari kepatuhan terhadap penerapan standar jurnalitik, dan kode etik jurnalitik. Adapun standar jurnalistik yang identifikasi meliputi ada tidaknya elemen check and recheck, cover both sides, pencampuran fakta dan opini, kesesuaian judul dan isi, dan dramatisasi berita. Riset juga melakukan identifikasi terhadap foto-foto yang melanggar kode etik, khususnya mempertontonkan sadisme dan pornografi.
Check and recheck[3] di sini merujuk kepada apakah suatu peristiwa telah dicek kebenarannya oleh wartawan atau surat kabar bersangkutan. Apakah pernyataan seseorang telah dikonfirmasi untuk mengecak kebenarannya, ataukah dimuat apa adanya oleh media. Ini mekanisme bagaimana media memastikan bahwa informasi yang dimuat di dalam berita adalah benar. Misalnya, pernyataan bahwa ada kandidat melakukan politik uang. Jika informasi atau peristiwa itu dimuat apa adanya maka berita disebut tidak memuat cek dan ricek. Tetapi jika wartawan melakukan berbagai upaya untuk mengecak informasi itu (misalnya dengan mengecek informasi, melakukan pengecekan ke lapangan dsb) maka berita disebut telah mengandung cek ricek.
Liputan dua sisi atau cover both sides merujuk kepada apakah berita berimbang, berita menyajikan dua atau lebih gagasan atau pendapat, secara fair dengan mengetengahkan versi atau pandangan dari pihak-pihak yang terlibat.. Berita disebut satu sisi (tidak cover both side) jikalau berita hanya menampilkan satu pandangan. Sebaliknya disebut dua sisi (cover both side) jikalau menampilkan aneka pandangan dari pihak yang berbeda. Misalnya berita mengenai kampanye negatif. Berita disebut dua sisi, jikalau pandangan beberapa kandidat masuk dalam berita. Tetapi jika dalam berita hanya dimuat satu pandangan kandidat saja maka berita itu tidak cover both side.
Pencampuran fakta dan opini merujuk kepada masuknya opini atau pendapat pribadi ke dalam berita yang disajikan. Kesesuaian judul dan isi adalah substansi judul berita sesuai isi atau tubuh berita. Sedangkan dramatisasi adalah penyajian fakta secara tidak proporsional sehingga memunculkan kesan berlebihan seperti ngeri, jengkel, senang dan sejenisnya.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penilitian ini adalah seluruh headline yang dimuat surat kabar Analisa, Waspada, Sumut Pos, Sinar Indonesia Baru dan Serambi Indonesia sepanjang edisi Juli 2011. Penentuan samplingnya bersifat total sampling, yakni semua headline yang menjadi anggota populasi dianalisis secara keseluruhan.
Sedangkan surat kabar yang diteliti dipilih secara purposive sampling. Artinya surat kabar yang dijadikan sampel diambil karena dalam pandangan KIPPAS merupakan surat kabar yang representatif, terutama dari sisi periodisasi terbit serta tiras yang ada.[4]
Sedangkan populasi berita yang diteliti adalah semua headline yang dimuat sepanjang bulan Juli 2011. Pada periode tersebut, ada beberapa peristiwa penting yang muncul di Medan dan sekitarnya, yang dijadikan sebagai headline, seperti kasus korupsi kas pemkab Batubara, Berbagai aksi kriminal di Sumut, Kelanjutan Pembangunan Bandara Kualanamu, Pengalihan kepemilikan Inalum, Penerimaan CPNS Sumut, Berbagai kebijakan Pemko Medan, Dugaan Korupsi Alkes RS Pendidikan USU dan berita Seputar Persiapan Bulan Ramadhan.
[1] Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1992.
[2] Klaus Krippendorf, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1993. Lihat juga: Ashadi Siregar, “Metode dan Analisis terhadap Pemberitaan”, makalah disampaikan dalam diskusi Forum Komunikasi dan Konsultasi Dewan Pers dengan Lembaga Pemantau Media, Solo 6-8 Desember 2006, juga Don Michael Flournoy (ed), Analisis Isi Surat Kabar- Surat Kabar Indonesia, Yogyakarta, Gajahmada University Press, 1989. Juga Anna Nadya Abrar, “Analisis Isi: Beberapa Pengertian Dasar”, makalah pada Pelatihan Analisis Media diselenggarakan LP3Y dan ISAI, Yogyakarta, 19 Juli 1999.
[3] Lembaga Studi Perubahan Sosial (LSPS) Surabya: Panduan Umum Pengisian Lembar Koding Monitoring Isi Berita. Program Media Watch ISAI-KIPPAS- ELSIM-LP3Y, 1999.
[4] UUPers No 40 tahun 199 menyebutkan bahwa salah satu ciri media yang profesional diantaranya ditandai terbit secara periodik, apalagi dalam jangka waktu relatif lama seperti suratkabar Analisa (terbit sejak 23 Maret 1972, dewasa ini oplahnya diperkirakan berkisar 40.000 – 60.000 eksemplar), Waspada (terbit sejak 11 Januari 1947, oplahnya dewasa ini diperkirakan berkisar 50.000 eksemplar), Sinar Indonesia Baru (terbit sejak 9 Mei 1970, diperkirakan oplah SIB dewasa ini berkisar 35-40.000 eksemplar), dan Serambi Indonesia (terbit sejak 9 Februari 1989, diperkirakan olah koran iui berkisar 100.000 eksemplar lebih sebuah tulisan di blogkompasiana menyebut jumlah scara fantastis yaitu 500.000 eks, lihat Abang Geutanyo “Menguak Tabir Koran di Aceh, Seperti Hidup Segan Mati Tak Mau”, http://media.kompasiana.com/ mainstream-media/2010/09/13/menguak-tabir-koran-di-aceh-hidup-segan-mati-tak-mau/), dan Sumut Pos (terbit sejak 1 Oktober 2001, diperkirakan oplah Sumut Pos dewasa ini berkisar 10.000 eksemplar).