Analisis Isi Kepatuhan terhadap Standar Jurnalistik dan Kode Etik Jurnalitik
Periode 1 – 31 Juli 2011
Oleh : Pemilianna Pardede, J Anto, Dian, Mian Gultom dan S Daulay
Hasil-hasil Penelitian dan Pembahasan
Sepanjang periode penelitian, diperoleh 155 berita headline, dari Analisa, Waspada, Sumut Pos, Sinar Indonesia Baru dan Serambi Indonesia.
Analisa: Headline Gaya Jurnalistik Lama
Isu atau peristiwa yang dijadikan Headline surat kabar ini lebih banyak mengambil isu-isu nasional, yakni 17 item atau 54,8 prsen dibanding isu lokal yang 14 item atau 45,2 persen. Isu lokal yang dijadikan headline merupakan hasil liputan langsung jurnalis koran ini, sedangkan isu atau peristiwa nasional diambil dari Kantor Berita Antara.
Tabel 1: Kualitas Headline Analisas
Periode 1 – 31 Juli 2011
No |
Kualitas Pemberitaan |
F |
% |
|
1 | Sifat Fakta | Psikologis |
18 |
58 % |
Sosiologis |
11 |
35% |
||
Gabungan |
2 |
6% |
||
Jumlah |
31 |
100% |
||
2 | Cek dan Ricek | Ada |
29 |
94% |
Tida Ada |
2 |
6% |
||
Jumlah |
31 |
100% |
||
3 | Cover Both Sided | Ada |
9 |
29 % |
Tidak Ada |
4 |
13% |
||
Tidak Perlu |
18 |
58% |
||
Jumlah |
31 |
100% |
||
4 | Pencampuran Fakta dan Opini | Ada |
2 |
6% |
Tidak Ada |
29 |
94% |
||
Jumlah |
31 |
100% |
||
5 | Kesuaian Judul dan isi | Ada |
31 |
100% |
Tidak Ada |
0 |
0% |
||
Jumlah |
31 |
100% |
||
6 | Dramatisasi | Ada |
31 |
100% |
Tidak Ada |
0 |
0% |
||
Jumlah |
31 |
100% |
Hasil analisis terhadap elemen Standar jurnalistik dan KEJ, yang salah satunya adalah sifat fakta yang diliput, terlihat bahwa surat kabar ini masih dominan menampilkan fakta psikologis sebagai bahan dasar penulisan berita. Dari 31 headline yang ada, 18 item atau 58% persen merupakan fakta psikologis, 11 item atau 35 persen berupa fakta sosiologis dan sisanya sebanyak 2 item atau 6 persen berupai fakta gabungan psikologis dan sosiologis.
Dari sisi akurasi berita, yaitu pemenuhan check and recheck, dan triple check) umumnya, 94 persen sudah terpenuhi, hanya ada dua item atau 6 persen yang tidak memenuhi unsur check and Recheck. Berita pertama tentang klaim Superintendent Eksplorasi Regional PT Agincourt Resource, Ir Dunan Madong Siregar yang mengaku dari hasil eksplorasi perusahaan mereka, terdapat 1.057 hektar lahan mengandung potensi emas dan perak yang cukup potensial di Desa Anggoli, Kecamatan Sibabangun, Tapteng dan beberapa daerah di Kecamatan Pinangsori. Klaim kandungan unsur emas dan perak hanya keterangan sepihak PT Regional PT Agincourt Resource, tanpa ada konfirmasi wartawan Analisa.
Berita kedua tentang penyelundupan sabu-sabu senilai Rp 12 miliar yang digagalkan petugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Makassar.[1] Dalam berita ini, wartawan sebenarnya tak pernah melihat secara langsung barang bukti berupa sabu-sabu yang disita aparat bea cukai.
Dari sisi keberimbangan/balance (cover both sided, Cover All Sides), juga sudah dipenuhi oleh 13 (41,9%) berita headline yang dimuat. Sedangkan 18 berita (58,1%) tidak harus melakukan Cover Both Sided karena merupakan berita pernyataan elit politik, pejabat dan pemerintah tentang berbagai kebijakan dan persoalan bangsa ini yang biasanya dapat disajikan dengan narasumber tunggal. Berita-berita seperti ini biasanya adalah hasil konfrensi pers, temu pers atau diskusi-diskusi.
Dari hasil penelitian, berita-berita seperti ini banyak yang dijadikan Analisa sebagai headline. Misalnya pidato-pidato dan pernyataan-pernyataan Presiden SBY tentang berbagai kebijakan pemerintahan. Dari hasil penelitian, pidato atau pernyataan SBY tentang berbagai kebijakannya dimuat sebanyak 7 kali (22,5 persendari seluruh headline yang dimuat surat kabar n ini. Berita lainnya adalah kebijakan pemprovsu, Kadin Sumut dan Walikota Medan.
Berita-berita headline dengan narasumber tunggal ini sebenarnya masih bisa diperkaya dengan menggali informasi dari narasumber lain untuk kelengkapan fakta yang disampaikan kepada khalayak. Namun ini tergantung dari kebijakan media bersangkutan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, harian Analisa biasanya menyediakan 3 kolom dengan ukuran kurang lebih 20×20 cm untuk headlinennya. Kebijakan ini juga dinilai akan mempengaruhi pemilihan berita-berita yang akan ditampilkan menjadi headline setiap harinya.[2]
Dari sisi pencampuran fakta dan opini serta dramatisasi yang memang diharamkan dalam berita straigh News nampak sudah dipenuhi harian Analisa. Hal ini terlihat dari 31 headlinenya yang tidak ditemukan mengandung pencampuran fakta dan opini serta unsur dramatisasi. Demikian juga dengan Kesesuaian judul dan isi berita yang sudah terpenuhi dalam headline Analisa yang dimuat pada periode riset ini.
Menulis Headline dengan Jurnalistik Baru
Seirama dengan perkembangan pers Indonesia dan pers dunia, belakangan ini muncul teori-teori jurnalistik yang dinamai dengan jurnalistik gaya baru. Jurnalistik baru ini dikembangkan pada tahun 70-an oleh Paul Williams, seorang perintis laporan investigatif atau investigatif reporting. Paul adalah seorang pendiri Perkumpulan Wartawan dan Editor yang melakukan upaya pemasyarakatan laporan investigatif di Indianapolis Amerika Serikat Pada tahun 1976.[3]
Sesuai dengan namanya, jurnalistik baru ini berbeda gaya penulisannya dengan jurnalistik lama. Jurnalistik lama biasanya bersifat linier, yaitu mengandalkan satu referensi saja, dimana dalam memberitakan suatu peristiwa hanya menginformasikan peritiwa itu saja tanpa berusaha membadingkannya dengan peristiwa yang sama ditempat yang lain dan waktu yang lain. Sedangkan jurnalistik baru bersifat multilinear, yaitu selain menggunakan referensi pokok (kejadiannya) yang ada dipermukaan, juga dilengkapi dengan referensi-referensi lain, seperti wawancara dengan orang yang mengetahui kejadian itu, klipping surat kabar, majalah, buku dan sebagainya sehingga beritanya jauh lebih lengkap daripada berita yang ditulis dengan gaya jurnalistik lama.
Untuk berita utama, media/jurnalistik dituntut menulis dengan gaya jurnalistik baru, yang bersifat multi linier (banyak referensi) .Khalayak saat ini, selain ingin mengetahui suatu kejadian, juga menginginkan informasi lain yang berkaitan dengan peristiwa tersebut dan kecenderungannya. Jurnalistik baru ini juga dikembangkan, untuk menghindari media atau surat kabar memproduksi berita yang sama dengan media saingannya.
Dengan gaya jurnalistik baru ini media dapat menyajikan berita yang lebih lengkap dan memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembaca.[4]
[1] Lihat Analisa18 Juli 2011, Tapteng Ternyata Kaya, 1.057 Ha Lahan Mengandung Emas dan Perak dan Analisa, 4 Juli 2011, “Penyelundupan Sabu p 12 M Digagalkan.
[2] Headline Analisa banyak mengutip dari Kantor Berita Antara. Kebijakan dalam penentuan kategori Headline mungkin disesuaikan dengan penulisan berita Antara.
[3] Sudirman Tebba, “Jurnalistik Baru” Kalam Indonesia, 2005 halaman 23
[4] Jurnalistik baru memiliki ciri-ciri : bersifat multilinier, melakukan investigatisi untuk mengungkap fakta yang tersembunyi, Biasanya bukan kerja perorangan, tetapi kerja tim, dengan perencanaan yang cukup matang, naskah disusun redaksi, sedangkan fakta dicari reporter dan ragam bahasa sangat dominan agar lebih komunikatif. Bagian ini dari buku Sudirman Tebba, “Jurnalistik Baru” Kalam Indonesia, 2005 halaman 23-27